Sabtu, 25 Februari 2012

kesehatan menjelang UNAS

Ujian akhir semester, untuk kenaikan kelas maupun kelulusan, bagi para pelajar SD sampai SMA sudah di ambang pintu. Belakangan muncul wacana bahwa tahun ini Ujian Akhir Sekolah akan diselenggarakan lebih dahulu sebelum Ujian Nasional (UN). Terlepas bagaimana nanti pelaksanaannya, yang pasti ujian akhir semester adalah menu rutin pada setiap penghujung tahun pelajaran. Jadi persiapan matang untuk meraih prestasi terbaik adalah sebuah kewajiban.
12991256562028743594
Bocah-baocah Baduy ini ikut UN juga? (google image)
Dua lembaga yang memiliki peranan terpenting dalam menyiapkan kondisi pelajar, selain dirinya sendiri, untuk menghadapi ujian adalah keluarga dan sekolah. Sekolah terutama bertugas untuk mengasah kecerdasan rasional melalui pelajaran-pelajaran berbasis kurikulum pendidikan nasional, sementara keluarga -khususnya orangtua- diharapkan dapat menempa kecerdasan emosional pelajar agar mentalnya siap untuk menerima keberhasilan atau kegagalan secara proporsional.
Menurut Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intelligence, kunci sukses dalam kehidupan ini adalah kecerdasan emosional yang diukur berdasarkan kemampuan mengendalikan emosi dan menahan diri. Kedua hal itu, dalam Islam, dikenal sebagai kesabaran. Ada tiga jenis kesabaran; yaitu sabar dalam menghadapi musibah, sabar dalam melakukan ibadah, dan sabar dalam menahan diri untuk tidak melakukan maksiat.
Dikaitkan dengan masa persiapan menjelang ujian akhir, ketiga jenis kesabaran tersebut di atas seyogyanya dipompakan secara terpadu pada diri anak bersamaan dengan pemberian asupan gizi yang berimbang sehingga diharapkan dia memiliki stamina fisik dan mental yang kokoh. Dua langkah praktis yang dapat dilakukan dalam mengoptimalkan persiapan anak menghadapi ujian akhir adalah
1. - Pemberian makanan bergizi
2. -Konseling internal kekeluargaan
1.Pemberian makanan bergizi
Pemberian protein ekstra melalui asupan makanan sumber protein hewani seperti telur, daging, dan susu; maupun protein nabati yang berasal dari kacang-kacangan -terutama kedelai dan hasil olahannya- sangat dianjurkan sebagai cara mengkonversi berkurangnya waktu tidur seiring bertambahnya porsi waktu belajar mendekati pelaksanaan ujian. Sebagaimana diketahui tidur merupakan proses perbaikan sel-sel tubuh yang rusak dan kinerja pertahanan tubuh terhadap penyakit, berkurangnya waktu tidur dikuatirkan akan mengganggu proses ini yang bila berlarut-larut dapat menurunkan kualitas kesehatan.
Asupan protein ekstra tidak dapat menggantikan fungsi tidur namun diharapkan dapat meminimalkan pengaruh negatif akibat kurangnya waktu tidur dalam jangka panjang. Madu juga dianjurkan untuk dikonsumsi karena kandungan antiseptik, antibiotik, vitamin dan enzim lengkapnya merupakan faktor pertumbuhan yang dapat merangsang perbaikan sel-sel tubuh (Suseno Ridwan, 2008).
Pemberian sayuran dan buah-buahan pun tidak boleh dilupakan , terutama komoditas yang banyak mengandung vitamin B Kompleks, A, dan C. Vitamin B Kompleks diperlukan untuk mengoptimalkan pembentukan dan pemanfaatan energi serta meningkatkan kualitas darah sebagai penyalur oksigen ke otak hingga anak tidak mudah lelah. Kacang merah ditengarai memiliki kandungan B Kompleks yang tinggi. Selanjutnya karena anak-anak akan sangat banyak membaca selama proses menghadapi UN ini, pemberian buah berwarna jingga dan sayuran hijau tua sebagai sumber vitamin A harus dilakukan untuk menjaga kesehatan matanya. Lalu jeruk, pir, dan buah lain yang mengandung rasa asam sangat dianjurkan sebagai suplai vitamin C yang diyakini dapat mempertinggi daya tahan tubuh terhadap penyakit maupun stress.
2.Konseling Internal Kekeluargaan
Kesabaran sebagai inti kecerdasan emosional dapat dipupuk dalam diri anak melalui proses konseling internal keluarga. Di sini orangtua, khususnya ayah/ibu yang memiliki lebih banyak waktu di rumah, merupakan motivator utama. Ada tiga peran yang harus dijalankan sama baiknya oleh orangtua berkaitan dengan hal ini; yaitu sebagai sahabat, pembimbing keagamaan, dan manajer pribadi anak.
Sebagai sahabat, orangtua harus senantiasa mendukung dan membesarkan hati anak serta mampu menjadi tempat curahan hati saat dia mendapat pengalaman yang tidak menyenangkan, misalnya kesulitan menerima pelajaran tertentu, secara terbuka tanpa takut dihakimi. Selain anak, orangtua pun perlu menempa kesabaran dalam menjalankan peran ini agar tercipta interaksi dialogis yang positif.
Selanjutnya sebagai pembimbing keagamaan, orangtua dapat merekomendasikan jenis ibadah yang memang berfungsi untuk melatih kesabaran, misalnya puasa sunah Senin dan Kamis. Dampingi anak saat sahur dan berbuka untuk menunjukkan dukungan. Kesunyian di waktu sahur dapat memberikan efek menentramkan jiwa hingga merangsang otaknya untuk bekerja maksimal tanpa tekanan. Sementara kegembiraan menanti saat berbuka dan sesudahnya dapat membangkitkan energi baru yang memulihkan keletihan setelah aktifitas belajar seharian. Kondisi berpuasa juga akan membuatnya lebih fokus hingga memudahkan proses penyerapan materi pelajaran yang diberikan guru di sekolah.
Libatkan pula saudara-saudaranya, yang mungkin juga sama-sama tengah bersiap menghadapi ujian akhir pada level kelas yang berbeda, untuk menjadi pendukung spiritual satu sama lain. Fasilitasi kegiatan tadarus atau mengaji Al Qur’an sekeluarga minimal satu minggu sekali dan lakukan doa bersama sesudahnya untuk memohonkan hasil terbaik bagi ikhtiar seluruh anggota keluarga. Hal ini akan mencegah stress yang berlebihan dan memunculkan optimisme.
Selanjutnya, sebagai manajer pribadi anak, orangtua harus pandai-pandai menciptakan kesempatan untuk memberikan gambaran serealistis mungkin pada anak seputar ujian yang akan dihadapinya. Secara santai mulailah memberikan masukan tentang berbagai alternatif melanjutkan pendidikan paska kelulusan nanti. Prosedur seleksi yang harus ditempuh, akreditasi mutulembaga pendidikan yang bersangkutan, dan prospek profesi para lulusannya beberapa tahun mendatang. Barangkali anak sudah mempunyai pilihan sendiri, maka diskusikanlah secara nyaman antara pilihan anak dan rekomendasi orangtua. Keputusan tentu saja berada di tangan anak karena dialah yang akan menjalaninya. Selama dia bertanggungjawab dan berkomitmen menjadi yang terbaik dalam bidang yang dipilihnya sendiri, tugas orangtua adalah mendukung sepenuhnya.
Lantas, meski kurang menyenangkan, berikan gambaran apa saja yang bisa dilakukan anak bila nanti ternyata dia tidak lulus. Program ujian persamaan dari level SD sampai SMA, yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun lembaga pendidikan swasta, adalah alternatif terbaik bagi anak untuk memperoleh ijasah guna melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi baik pada tahun ini atau pada tahun ajaran mendatang. Selama menunggu ijasah persamaan, anak dapat mengikuti bimbingan belajar pada lembaga tertentu atau belajar mandiri di rumah. Tekankan pada anak, bukanlah aib untuk memulai sedikit lebih lambat dibanding teman-teman seangkatannya dan dia bisa membayar ketertinggalan itu dengan prestasi akademik yang jauh lebih bagus kelak.
Berikan pula kesempatan bagi anak untuk melakukan kegiatan rekreatif, membaca komik atau main game kesukaannya, sebagai penyegar di tengah jadwal belajarnya yang padat sebagai penyeimbang. Olahraga ringan juga selayaknya dipertahankan untuk menjaga kebugaran tubuh.
Dengan begitu, secara lahir-batin, anak disiapkan untuk berjuang maksimal dan menerima apapun hasilnya nanti dengan penuh kesadaran. Tanpa corat-coret seragam dan konvoi yang memacetkan jalanan di saat lulus dan tanpa usaha bunuh diri yang konyol di saat tidak lulus.

0 komentar:

Posting Komentar


Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Bluehost